*AGAMA GAGAL MENGHALANGI KORUPSI DI INDONESIA : KENAPA HAL INI BISA TERJADI?*
. Oleh ; Agustinus Zai Ketua Dewan Pengurus Cabang-Persatuan Pewarta Warga Indonesia (DPC-PPWI) Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keagamaan yang tinggi. Namun, fakta menunjukkan bahwa korupsi tetap merajalela, menimbulkan pertanyaan mengapa nilai‑nilai agama tidak cukup kuat untuk mencegah perilaku menyimpang.
*1. Agama Dipandang Sebagai “Alat” Pencitraan*
Banyak pihak memanfaatkan simbol keagamaan untuk membangun reputasi pribadi atau kelompok. Pernyataan “lebih baik” dan “benar” sering kali hanya menjadi slogan tanpa diiringi tindakan nyata.
*2. Nafsu dan Kesempatan Tetap Ada*
Meski seseorang mengaku religius, godaan untuk memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadi tidak selalu dapat dihindari. Korupsi terjadi ketika kesempatan bertemu dengan keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
*3. Kerohanian Belum Bertransformasi Menjadi Integritas*
Kekayaan spiritual yang dimiliki masyarakat Indonesia belum sepenuhnya diwujudkan dalam integritas pribadi. Nilai‑nilai agama masih bersifat seremonial, bukan menjadi landasan moral yang mengontrol perilaku sehari‑hari.
*4. Kurangnya Pengawasan dan Penegakan Hukum*
Kelemahan sistem pengawasan serta penegakan hukum membuat pelaku korupsi merasa dapat bertindak tanpa risiko yang signifikan. Tanpa konsekuensi yang tegas, nilai agama pun sulit menjadi penangkal.
*Kesimpulan*
Agama memang menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa, namun efektivitasnya dalam mencegah korupsi bergantung pada bagaimana nilai‑nilai tersebut diinternalisasi dan diterapkan dalam tindakan nyata. Penguatan integritas pribadi, penegakan hukum yang konsisten, serta penggunaan simbol agama sebagai cermin moral—bukan sekadar alat pencitraan—adalah kunci untuk mengurangi korupsi di Indonesia.
Penulis. : Agustinus Zai
Pimpinan Umum,
Pimpinan Redaksi dan Penanggung Jawab
Media SergspEkspres.com 21/12/25.
Tidak ada komentar